BERLITERASI TIADA HENTI

Oleh: Lilis Budiarsih, S.Pd

Sejak awal Islam mengajarkan kita untuk ber-iqra’ surat Al ‘Alaq dari 1-5 tapi bagaimana penerapannya dalam kehidupan?

 

Suatu hari ada seorang anak kecil  bertanya kepada ibunya saat dia diajak takziah dan melihat jenazah yang baru diangkat dari mobil ambulans. “Mama itu kenapa?” tanya seorang anak kecil. “ Oh itu orang yang sudah meninggal”. Kata ibunya. “ Kenapa bisa meninggal?” tanya anaknya lagi.

Penggalan kisah di atas hanyalah salah satu contoh bahwa Allah menciptakan manusia lengkap dengan instrumen beriqra’ sejak lahir bahkan manusia itu masih dalam kandungan.  Sejatinya beriqra’ itu tidak hanya melalui tulisan teks ataupun mendengarkan orang membaca, namun beriqra’ adalah mengaktifkan semua instrumen yang Allah anugerahkan kepada manusia utuk membaca, mendalami, menghayati serta mengamalkan informasi yang berasal dari ayat-ayat Kauniyah maupun Qur’aniyah.

Menurut Ustadz Sholih Hasyim, manusia dalam membaca, mendalami, menghayati sampai dengan mengamalkan informasi yang diperoleh seperti tersebut di atas merupakan proses  tahapan beriqra’

Pertama: How to read. Makna beriqro’ dalam proses ini adalah bagaimana manusia membaca Alqur’an dengan fasih serta bisa berusaha memiliki target untuk mengkhatamkan. Dalam tahapan ini dimaknai hanya sekedar membaca sebagai amal sholeh dan mengharapkan pahala belum sampai mengusahakan untuk mengetahui artinya. Namun demikian bagi hamba Allah yang berusaha membaca Alqur’an meskipun terbata-bata juga merupakan proses beriqra’ meski dalam hal sederhana Insha Allah akan tetap mendapatkan keutamaan dalam membaca Al-Qur’an. Hal ini sesuai sabda Rasululullah Saw. yang artinya: “ Keutamaan membaca Alqur’an didapatkan kepada orang mukmin yang pandai membaca Alqur’an dengan gagap, sulit membaca dan memahami Alqur’an, baginya terdapat dua pahala kebaikan.” (HR Muttafaq’Alaih dari Aisyah RA).

Kedua: How to learn. Dalam proses ini subjek yang beriqra’ tidak hanya membaca informasi yang diperoleh namun lebih dari itu. Membaca ayat Al Qur’an berarti sudah berusaha mengetahui artinya, tafsirnya sampai dengan takwilnya.

Ketiga: How to Understand. Dalam proses ini, pembaca tidak hanya sekedar membaca dengan fasih, mengetahui arti dan tafsirnya namun sudah pada tingkat menghayati hasil bacaan ataupun kajiannya dalam ayat-ayat Al Qur’an maupun ayat-ayat kauniyah. Dalam hal ini manusia sudah berusaha mentadabburi informasi yang telah masuk padanya. Hal ini sesuai firman Allah yang terjemahanya: “ Kitab (Al Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal mendapat pelajaran.” (QS. Shad: 29)

Keempat: Mukasyafah Tabir Al Qur’an. Tahapan ini merupakan tahapan terakhir bagi manusia yang beriqra’ melalui ayat-ayat Al Qur’an. Di sini manusia telah mampu menyikapi tabir-tabir kehebatan di dalam Alqur’an.  Dalam surat Al-Baqarah pada awal ayat terdapat informasi berupa statement (baca: firman) Allah bahwa Al Qur’an itu isinya adalah otentik dan tidak bisa diragukan lagi kebenarannya bahkan juga masih dilanjutan dari ayat-ayat permulaan, Allah melakukan pengelompokkan manusia dari dimensi teologis, yaitu manusia yang termasuk golongan Mukmin, Kafir serta Munafik. Setelah itu Allah juga menguatkan informasi bagi manusia yang beriqra’ tanda-tanda dari 3 golongan tersebut, dengan meyakinkan hati nurani agar beriman dengan kebenaran Al Qur’an yang disertai bukti-bukti yang otentik bukan skedar bersifat menstimulasi.

Dari spektrum makna beriqra’ merujuk Al Qur’an di atas pastinya inti dari manusia dalam beriqra’ adalah memiliki instrumen. Sekali lagi instrumen yang melekat pada manusia merupakan anugerah yang tiada tara dari Allah untuk dimaksimalkan sehingga potensi tersebut akan berdampak optimal pula dalam kehidupan sehari-hari. Instrumen tersebut adalah sebagai berikut:

Indera.

Indera di sini meliputi, indera penglihatan, pendengaran dan lainnya. Instrumen tersebut dapat berfungsi melihat, menyaksikan, mendengar, memperhatikan.

Hal ini dapat kita perhatikan firman Allah dalam Al Qur’an yang artinya sebagai berikut: Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah Tuhan selain Allah? Yang kuasa mengembalikannya kepadamu? Perhatikanlah, bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tada kebesaran (kami) kemudian mereka tetap berpaling (juga)” (QS. Al An’am: 46).

(bersambung)

Chat WhatsApp